Tidur diketahui dapat mengurangi emosi negatif dari kenangan buruk. Namun sayangnya, tertidur tak lama setelah menyaksikan peristiwa traumatis justru dapat mempertahankan dan bahkan memperkuat emosi negatif yang terkait dengan kenangan yang tak mengenakkan itu.
Para peneliti memperlihatkan peserta penelitian serangkaian foto. Beberapa foto berisi foto yang sangat tidak menyenangkan, beberapa di antaranya netral. Peserta yang tidur tak lama setelah melihat foto lebih mungkin menilainya sebagai foto yang mengganggu ketika melihatnya lagi.
Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, tidur dianggap sebagai sebuah kegiatan yang bermanfaat serta mampu mengurangi emosi negatif dari kenangan buruk. Penelitian ini memiliki implikasi yang mendalam untuk mencegah gangguan stres akibat trauma atau post traumatic stress disorder (PTSD).
“Dari sudut pandang klinis, gangguan tidur atau insomnia setelah mengalami trauma belum tentu buruk. Bisa jadi ini adalah respons biologis yang sesuai dan dapat membantu melupakan peristiwa traumatis,” kata pemimpin penelitian, Rebecca Spencer, psikolog di University of Massachusetts Amherst.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tidur membantu menyimpan kenangan jangka panjang. Beberapa peneliti telah menegaskan bahwa menutup mata juga mampu mengatur respons emosional yang terkait dengan peristiwa. Sebuah penelitian di tahun 2009 menunjukkan bahwa emosi negatif dari ingatan menjadi berkurang setelah tidur.
Para ilmuwan berasumsi bahwa otak memperkuat kenangan sekaligus mengikat respons emosional terhadap kenangan tersebut. Hubungan aktual antara dua fenomena ini masih belum dipelajari sampai sekarang.
Dalam penelitian yang dimuat Journal of Neuroscience, Spencer dan rekan-rekannya merekrut 106 orang relawan berusia 18 sampai 30 tahun. Mereka diperlihatkan 30 foto netral dan 30 foto negatif. Salah satu foto yang paling negatif adalah sebuah adegan mengerikan dari negara yang dilanda perang. Salah satu foto netral adalah foto seorang pria sedang membaca koran.
Setelah melihat semua foto, peserta diminta memberi peringkat seberapa bahagia dan seberapa tergugahkah perasaannya pada skala dari 1 sampai 9. Dua belas jam kemudian, para peneliti mencampur 120 foto baru dengan foto yang telah digunakan sebelumnya, dan meminta peserta memberi peringkat pada foto. Kali ini, peneliti juga menanyai peserta apakah peserta mengingat foto-foto sebelumnya.
Untuk menguji bagaimanakah tidur dapat mempengaruhi ingatan dan respons emosional, para peneliti membagi 82 orang sukarelawan menjadi dua kelompok. Pada kelompok tidur, sesi pertama diminta menilai foto negatif dan foto netral pada malam hari, dan sesi kedua dilakukan pada pagi hari setelah bangun tidur. Kelompok bangun mendapat sesi pertama di pagi hari, dan sesi keduanya di malam hari, namun tidak diizinkan tidur siang atau mengkonsumsi alkohol selama sehari.
Kelompok tidur terhubung pada perangkat yang merekam seberapa banyak waktu yang dihabiskan ketika tidur. Untuk mengurangi kemungkinan bahwa waktu juga dapat mempengaruhi ingatan, para peneliti membagi 24 orang yang tersisa pada kelompok pagi dan kelompok malam dengan dua sesi yang terpisahkan selama 45 menit.
Spencer dan timnya menemukan bahwa tidur meningkatkan kualitas ingatan peserta pada foto negatif dan foto netral. Selain itu, orang-orang dalam kelompok tidur merasa bahwa kedua sesi sama-sama mengganggu, sedangkan kelompok bangun menemukan bahwa foto pada sesi kedua tidak terlalu mengganggu.
“Tidur melindungi reaksi emosional, yang berarti membantu menyegel respons-respons emosi negatif. Peneliti juga mempelajari bahwa jumlah tidur REM, tahapan tidur yang sering dikaitkan dengan bermimpi tidak mempengaruhi seberapa baik peserta mengingat foto, tetapi mempengaruhi reaksi emosional terhadap foto. Peserta yang tidurnya paling tinggi kualitas REM-nya menilai foto lebih meresahkan ketika melihatnya untuk kedua kali,” kata Spencer.
Seperti dilansir Livescience.com, Rabu (18/1/2012), para peneliti percaya bahwa tidur membantu melindungi seseorang dari respons emosional yang berakar secara evolusi. Jika seseorang atau sesuatu menyerang, orang ingin mengingat emosi yang dirasakan sehingga dapat menghindarinya.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa tidur memperkuat ingatan, bahkan untuk kenangan yang tidak emosional. Ini memperkuat gagasan bahwa tidur pada umumnya menguntungkan,” kata Stephan Hamann, yang mempelajari hubungan antara tidur, ingatan, dan emosi di Emory University di Georgia, AS.
By klinikpsikis • Uncategorized •
untuk informasi selengkapnya dan membuat janji registrasi silahkan hubungi staf kami pada jam kerja :
- Flexi. (031) 3487.3888
- Telkomsel Kartu AS 0853.3432.3888